Ambon Manise Kenanganku

Juli 4, 2008


Ambon Manise… Ambon Manise…
Ambon memang manis semanis kenanganku selama 7 tahun disana. Ya sejak aku lulus SMP aku sudah merantau di Kota yang pernah dilanda kerusahan SARA itu. Ingatanku ke Ambon membuncah saat aku browsing Selasa (12/2) di kantorku yang Asri. Di situs milik komunitas Ambon itu aku menemukan picture Kota Ambon yang mulai menata diri.
Lantas pikiranku terbayang saat menjalani masa indah Sejak keluar SMP (sekitar tahun 1994) hingga menjalani kuliah di STAIN Ambon (kini IAIN) Ambon. Dalam rentang itu banyak pengalaman pahit dan manis. Pengalaman itu ingin kutuliskan di sini.
Perjumpaanku dengan Kota Ambon sebenarnya membawa misi bisnis. Saat ini ayahku (almarhum) memang pedagang keliling. Beliau memang pengeliling Indonesia orang Tasik menyebutnya tukang kiridit, sebelum di Ambon pernah ke Kalimantan dan berbagai kota di pulau Jawa. Sebagai anak pedagang, rupanya beliau menghendaki aku meneruskan bisnis dagangnya. Selepas SMP aku harus ikut dagang. Masih segar dalam ingatanku saat itu kapal Rinjani dari pelabuhan Perak Surabaya membawaku mengarungi Samudera. Untuk anak seusiaku saat itu, rasa senang tak terhingga bisa kulukiskan dengan kata-kata. Namun yang masih terbayang sampai kini ketika aku harus berdesak-desakan di ruang tunggu dan tangga kapal. Maklum kelas yang kupilih adalah ekonomi untuk masuk deck ekonomi memang harus rela ngantri. sebab kalau tak cepat, tak bakal kebagian tempat


Sang Pejabat, Kenapa kau Begitu

Juli 1, 2008

Pengalaman jurnalistik yang tidak bisa kulupakan dalam sejarah karirerku sebagai wartawan, setelah selama 7 tahun aku menjalani profesi itu. Sebenarnya kasusnya biasa saja. Wartawan dimarahi narasumber gara-gara berita. Tapi yang ini cukup tidak mengenakan sang pejabat itu melecehkanku. Dia mengancam dan memaki. yang paling sakit dia melecehkan profesiku.

Ceritanya berawal saat aku menulis di harian Radar Tasikmalaya Edisi Kamis 20 September 2007. Dalam harian itu aku menulis dengan judul Headline halaman Ciamis Mobil Sekda Dikritik. Berita Selengkapnya sebagai berikut:

Mobil Dinas Sekda dikritik

Karena Terlalu Mewah

mobil sekda

Setelah para camat dan Asisten Daerah Setda Ciamis mendapat jatah mobil dinas baru, kali ini giliran mobil dinas Sekda Ciamis diganti dnegan yang baru dari kijang Inova diganti dengan jenis Honda New CRV keluaran terbaru. Namun pembelian mobil baru tersebut menuai kritik dari kalangan DPRD Ciamis. Pasalnya dalam APBD tahun 2007, pembelian mobil jenis itu tidak dicantumkan. Pada mata anggaran setda hanya dicantumkan belanja untuk kendaraan dinas.l

“Dalam mata anggaran itu tidak disebutkan satu persatu, hanya ada pembelian mobil dinas,”ujar Ketua Fraksi Galuh DPRD Ciamis Ahmad Irfan Alawy kepada Radar kemarin

Ia mengatakan, seandainya dalam anggaran tersebut dicantumkan, panitia anggaran akan mempertanyannya, terutama mempermasalahkan nilai mobil tersebut. Sebab masih banyak prioritas pembangunan ketimbang membeli mobil dinas itu.

“Kami merasa “dibokong” tahu-tahu sudah membeli mobil dinas baru yang ukurannya mewah untuk setingkat jabatan sekda,”ujarnya.

Asep lalu membandingkan dengan kendaraan dinas di beberapa kota seperti Banjar dan Tasikmalaya.

“Walikota Banjar saja kendatan dinasnya grand vitara, mobil itu sebenarnya lebih mahal dengan mobil dinas bupati,” ujarnya.

Ditempat yang sama ketua komisi IV DPRD CIamis Hendra Marcusi mengatakan, pembelian mobil baru itu menyakiti hati rakyat. Pasalnya

ditengah-tengah tenaga kontrak dan ribuan guru sukwan menghendaki pengangkatan CPNS, sekda malah menghamburkan anggaran untuk membeli mobil mewah.

“Kalau mobil itu harganya Rp300 juta, cukup untuk menambah nilai gaji bidan PTT yang kemarin mengadukan nasib kepada kami,” ujarnya. (dar)

Latar belakang munculnya berita ini, sebenatrnya berawal dari Herry Dermawan ketua PAN yang juga pengusaha ayam Ciamis. Politikus dan juga pengusaha ini memang sangat dekat dengan kalangan wartawan Ciamis, sehingga ia menobatkan diri sebagai Pembina wartawan. Entahlah yang jelas gelar itu tidak diberikan oleh lembaga pers atau wartawannya sendiri yang mau dibina. Kata Handoko dari PR mah itu mah pengklaiman saja Nggak tahu lah.

Siang itu Rabu 19 September 2007 , hari ke enam Ramadhan 1428 H. Siang hari, biasanya saat itu kami wartawan CIamis biasa ditraktir makan. Yang ntarktirnya ya pak Herri atau pak Engkon (hari Jumat).
Karena bulan puasa, kegiatan makan siang itu diganti dengan kongkow-kongkow di fraksi galuh (tempat biasa mangkal wartawan beneran). Acaranya ngomong soal berita, sekaligus wawancara isu actual yang berkembanga di Ciamis. Karena waktu itu kering berita, walaupun wartawan lain dari Pikiran Rakyat, Priangan dan Tribun Jabar sedang alot wawancara dengan M taupik, wakil ketua DPRD Ciamis yang juga mantan napi LP Ciamis karena kasus dugaan korupsi PP 110.

Herry, Hendar Marcusi (PAN) Asep “Gembrot” Irfan terlibat melontarkan opini, mereka ditanggap oleh wartawan soal pemangkiran anggota DPRD pada sidang paripurna.

Usai negbahas masalah itu, tiba-tiba Asep Irfan nyeletuk, bahwa di Dinas Keuangan Ciamis ada mobil Honda New CRV nopol Z9T terparkir. Mobil anyar berflat merah itu mengundang perhatian anggota DPRD. Asep lalu mengecek ke bagian keuangan,

Setelah dicek ternyata mobil itu diperuntukan bagi Sekda Ciamis Pak Obuy Sobur Dwiono. Anenhnya lagi kata Asep Irfan Alawy pembelian CRV itu tidak sepengetahuan dewan. Tidak ada dalam mata anggaran, yang ada adalah pembelian mobdin camat.

Herry yang saat itu menjadi pendengar setia, menimpali, tulis ini berita menarik. Keterlaluan ketua DPRD saja mobilnya masih yang lama, harganya bahkan lebih mahal ketimbang mobil bupati Toyota Spot Rider. Harganya sekitar 300 juta. “Pokoknya kamu harus nulis berita itu. Perintah itu ditujukan kepada aku dan Andri wartawan dari Tribun Jabar. Tapi aku nggak mau begitu saja percaya, aku harus memperoleh data akurat harus ngambil dulu gambarnya. Bahkan saya berkali-kali menanyakan kepada Asep kebenarannya. “Iya dalam anggaran tidak dicantumkan, masa saya bohong z 9 T itu untuk Sekda. Lalu Herry menimpali. Tulis awas tak bunuh kamu kalau tidak nulis,”ujarnya dengan nada bercanda.

Lontaran itu memang bercanda, aku tak menganggapnya sebagai pernyataan serius. Karena memang pak Herry itu suka bercanda.Lagipula beritu layak (news value) berita. Apalagi , karena ssebagai pejabat disaat kondisi yang serba sulit ini tak pantas membeli mobil baru. “Sangat melukai perasaan rakyat,”ujar Hendra marcucus.

Hendra mengatakan, pembelian mobil itu sangat melukai para bidan yan gajinya dibawah lima ratus ribu anggaran utnuk membeli mobil itu sebaiknya dibayar untuk menambah gaji bidan. “Rada pati karunya ka bidan anu datang ka dewan mengadukan nasibnya” gererntes atiku.

Setelah dikompori dan memang masalah ini layak berita, aku ngabius menuju kantor Dinas Keuangan di kawasan Kertasari. Sesampainya di depan kantor itu, akau tak melihat New CRV baru itu, mungkin diparkir di belakang, ternyata benar mobil bari\u itu masih mengkilap dan joknya masih terbungkus plastic. Warnanya Silver, tongkrongannya mewah. Tak menunggu lama aku ngeluarkan kamera kecil yang butut, tiga kali dijepret tapi. Dan jadilah potret si New CRV itu.

Setelah itu aku menuju gedung dewan lagi, karena bang andri menelopon bahwa note book Radar ketinggalan Di dewan Herry Dermawan Cs masih stand by dan dia. Tanya mana mobil itu, aku menyodorkan kamera, lantas ia nyerocos bahwa mobil itu lebih mahal ketimbang mobil bupati. Rupanya ia a sangat antusiasmenyoroti masalah tersebut. Namun ia tak mau menjadi nara sumber

Sesampainya di rumah akau ketik u, ngetiknya setelah buka puasa, sebelumnya aku berusaha menghubungi pak sekda untuk konfirmasi. Namun hpnya tidak akif karena aku hanya punya nomor lama. Lalu aku ditelepon Ebo Hendra dan meminta memberitakan kebaikan Sekda Subur serta dukungan beberapa tokoh untuk perpanjangan jabatannya. Aku pun tak menanggapinya karena memang aku tidak ketemu dengan tokoh itu dan waktunya sudah hgampir deadline, aku pun mengatakan akan menulis masaah mobil sekda dan meminta untuk dihubungkan kepada Pak Obuy untuk konfirmasi. Sekitar 30 menit kemudian ia ngsms. Bahwa Sekda sedang diluar kota. Dan berjanji akan ketemu. Namun hingga pukul 21.30 WIB tidak ada jawaban.

Akhirnya berita itu jadi dengan nara sumber Hendra Marcucusi dan Asep Irfan.

Esoknya berita tersebut menjadi deadline halaman Ciamis dengan dilengkapi foto. Menjelang siang belum ada reaksi dari pembaca. Bahkan aku santai saja dirumah. Sorenya sekitar pukul 15.00 WIBditelepon Endang Sutresna Drs, kabag Humas Ciamis Di ujung telepon ia basa-basa bahwa berita tersebut bagus tapi bapak sekda mau konfirmasi atau mau memberiakan hak jawab.

Karena waktunya sudah sore saya mengatakan, konfirmasinya dari pak Endang saja itu sama sebagai kabag Humas. Tapi ia tetap menyuruh saya konfirmasi Sekda atau pak Hesli di dinas keuangan yang tahu menahu pembelian mobil dinas itu.

Akhirnya aku mendatangi kantor Setda Ciamis, saat itu PNS dilingkungan Setda sedang apel pulang karena waktu sudah sore. Di ruang lobi Sekda aku menemui Dian ajudan. Dan kukemukakan bahwa akan konfirmasi. Beberapa menit kemudian dari ruangan Sekda muncul Endang Sutresna. Rupanya ia sedang terlibat pembicaraan.

Diantar Endang aku masuk ruangan Sekda. Beberapa menit aku menunggu, karena Sekda sedang berada di pojok ruangan.

Mukanya agak merah, beberepa menit diam. Tatapannya tajam. Aku agak keder juga, untuk mencairkan suasana aku membuka pembicaraan. “Pak saya mau konfirmasi,”

Konfirmasi apa” sudahlah “Kamu itu membunuh karakter saya, sudah beberapa kali berita kamu menyudutkan mau apa sih sebenarnya. Lantas ia ngacaprak. Soal pemberitaan radar dari mulai pemberitaan soal dia yang dikritik sejumlah elemen Ciamis. Memang sejak awal jabatannya Sekda Obuy dikritk habis-habisan oleh masyarakat. Karena dia dicurigai terlibat persekongkolan korupsi ketika Bupati Oma Sasmita menjabat. Obuy yang bukan asli orang Ciamis ini dianggap tahu persis dan tidak bisa dilepaskan dengan kaus—kasus korupsi yang terjadi di Tatar Galuh.

“Pokoknya kamu itu membunuh karakter saya, kini aku jadi tahu bahwa kamu termasuk musuh saya,”ujarnya dengan nada tinggi.

Sekda tampak marah terlihat dari raut mukanya. Lantas ia menyduutkan saya terus menerus. Menasehati dan menuding saya dibalik persekongkolan Kemarahannya mencapai punaknya. “Jaman ayeuna mah jalma dibere Rokok sabungkus bisa maehan jalma,”. Perkataan itu bernada ancaman. Tapi aku tak gentar. Toh tak semudah itu melenyapkan nyawa sesorang. Jika pun terjadi aku akan dianggap pahlawan.

Perkataan yang menyakitkan lainnya, adalah saat Obuy melecehkan profesiku. Ia menganggapku kurang profesional. Pengalaman pahit yang tak pernah kulupakan.

Kini pak Sekda itu telah pensiun. Dia mencalonkan diri jadi wakil bupati Ciamis. Sebenarnya aku sudah memafkannya meski dia tak minta maaf. Mudah-mudahan saja beliau dimaafkan oleh Yang maha Kuasa. Karena yang maha kuasa maha menerima taubat.